Selasa, 27 Maret 2012

Sale Novel second : The Road of Lost Innocence

Judul : The Road of Lost Innocence
Penulis : Somaly Mam & Ruth Marshall

Harga buku : 20.000,-
Kondisi : bagus 


Buku ini adalah pengalaman pribadi seorang Somaly Mam, saya sungguh tidak menyangka begitu kejamnya kehidupan di luar dunia saya. di Kamboja seorang anak perempuan adalah komoditi dan berhak diperjualbelikan oleh keluarganya, seorang anak perempuan adalah tulang punggung serta ujung tombak yang pasrah tanpa perlawanan untuk menopang kehidupan ekonomi keluarga & pembayar hutang ayah. Sungguh sangat tragis sekali, hati saya terenyuh & tercekat membaca buku ini. Bagaimana perjuangan seorang Somaly Mam untuk bisa lepas dari pelacuran & kegigihannya untuk menyelamatkan anak-anak perempuan di kotanya dari perdagangan manusia. Sungguh buku yg dramatis, kekejaman yang tak berperikemanusian . 


review buku :


Somaly Mam (nama yang dia pilih, pemberian bapak angkat baik hati, karena dia tak pernah tahu nama aslinya), hidup sebatang kara di antara suku Phnong di tengah hutan Kamboja, sejak kedua orang tuanya meninggalkan dia begitu saja. Umur 10 tahun, dia dibawa seorang kakek ke Desa Thlok Chrrov. Dan mimpi buruknya pun dimulai. Si 'kakek' memaksanya bekerja mengambil air untuk orang-orang desa, mengambil upah darinya, dan memukulinya sepanjang waktu.

Saat beranjak dewasa, Kakek menjualnya kepada seorang tentara untuk membayar hutang. Memang Somaly dinikahi, tapi perlakuan yang dia terima sama saja. Saat suaminya tidak kembali dari perang, Kakek kembali menjualnya kepada seorang germo di Phnom Penh. Setiap hari dia harus melayani sampai sepuluh laki-laki, di bangunan reyot yang kotor dan jorok, yang dihuni bersama beberapa gadis lainnya.
 

Paruh kedua buku ini mengisahkan transformasi Somaly dari seorang perempuan Kamboja yang hina, menjadi aktivis kemanusiaan yang berjuang memperbaiki kehidupan gadis-gadis muda yang dipaksa menjadi PSK.

Sungguh bukan perjuangan yang mudah. Dari sisi kesehatan jiwa, Somaly masih harus memulihkan diri dari trauma yang hingga kini masih menghantui mimpi buruknya. Namun pada saat bersamaan dia harus terus-menerus mendengar kisah-kisah kelam yang seakan tak ada habisnya. Bayangkan, untuk memastikan gadis-gadis yang ditawarkan rumah bordil masih perawan, sering kali anak-anak perempuan umur 5 atau 6 tahun sudah dijajakan (banyak yang dijual oleh keluarga mereka sendiri). Setelah klien pertama, anak-anak kecil itu dijahit tanpa anestesi, dan dijajakan sebagai perawan lagi!

Bayangkan betapa sakitnya saat harus memeluk penderita AIDS berumur 12 tahun yang dibuang di jalan setelah habis dipakai di rumah bordil, dan anak itu bertanya "Apakah Tuhan ada dan kenapa Dia membiarkan ini terjadi pada anak kecil yang tak pernah berbuat salah." (hal. 252)

Belum lagi perjuangan melawan para birokrat dan penegak hukum yang nyata-nyata membekingi praktek perdagangan manusia ini bahkan menjadi investor sejumlah rumah bordil. Suatu kali, bersama yayasannya, AFESIP, Somaly berhasil menyeret enam laki-laki yang memerkosa seorang anak berusia 8 tahun ke pengadilan. Hakim yang sudah disuap kemudian membebaskan keenam laki-laki tersebut dengan alasan si anak 8 tahun bersalah karena telah berpakaian merangsang!

Kamboja (dan beberapa negara Asia Tenggara lainnya) saat ini memang menjadi tempat tujuan wisata yang 'seksi'. Namun seiring dengan itu, ancaman perdagangan manusia juga semakin meningkat dan bahkan semakin menggurita dengan pemain yang kian besar dan berkuasa. Orang-orang seperti Somaly Mam adalah benteng yang harus terus disokong agar tetap kokoh melawan kebiadaban manusia serta menyelamatkan nasib anak-anak, warga dunia yang paling lemah kedudukannya.



Tentang Penulis :
Somaly Mam (lahir 1970 atau 1971) di Kamboja. Seorang penulis dan advokat hak asasi manusia, dengan fokus utama pada kebutuhan korban manusia perdagangan seks , dan telah mengumpulkan pengakuan resmi dan media untuk usahanya.
Pada tahun 1996, ia mendirikan AFESIP (Agir pour les Femmes en Situation Precaire atau Bertindak untuk Perempuan dalam Situasi menyedihkan), sebuah organisasi non-pemerintah Kamboja didedikasikan untuk menyelamatkan, perumahan dan merehabilitasi perempuan dan anak-anak di Kamboja, Laos, dan Vietnam yang telah seksual dieksploitasi. AFESIP melakukan penjangkauan bekerja untuk mencoba membantu perempuan masih diperbudak. Organisasi ini juga bekerja sama dengan penegak hukum untuk menyerang rumah bordil. Mam telah menyelamatkan lebih dari 4.000 wanita dari perbudakan seksual. suaka nya adalah di Kamboja , Laos , dan Vietnam
Pada Juni 2007, Mam co-mendirikan Somaly Mam Yayasan , yang secara resmi diluncurkan pada bulan September 2007. Para Somaly Mam Foundation adalah organisasi nirlaba yang dibentuk di Amerika Serikat yang mendukung anti-perdagangan kelompok dan membantu perempuan dan anak perempuan yang telah dipaksa menjadi perbudakan seksual. 

Pengakuan internasional dan Penghargaan

Glamour Woman of the Year 

Glamour majalah bernama Somaly Mam "Woman of the Year" pada tahun 2006. Mereka memutuskan untuk melakukan fitur dan cerita wanita yang sempurna untuk pekerjaan itu Mariane Pearl , seorang kolumnis untuk Glamour. Pearl mengunjungi Kamboja untuk bertemu dengan Somaly dan melihat kerusakan yang disebabkan untuk gadis-gadis muda yang dipaksa menjadi pelacur dan pelacuran. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar